Warta Metropolitan, Blog Warta Indonesia

Biaya Rumah Sakit (ICU) terlalu mahal, kemana rakyat kecil harus berobat?

"Lay..lay..tolongin gue dong, anak gue yang ke dua kritis di rumah sakit "P" dan harus segera dimasukkan ke ruang ICU, ruang ICU di RS "P" lagi penuh". Tolongin anak gue dong, gue sayang banget sama anak gue, tolong temenin cari rumah sakit yang ruang ICU masih ada (tersedia, tidak penuh)". Masih terngiang permintaan sahabatku saat dia sedang panik mencari pertolongan untuk anaknya yang sedang kritis akibat sakit diare yang dideritanya. Dengan berbekal surat pengantar dari RS "P" tersebut maka pergilah kami mendatangi beberapa rumah sakit paling dekat lokasinya dengan RS "P" dengan harapan agar anak tersebut bisa segera mendapatkan pertolongan mengingat kondisinya yang sangat kritis. Setelah beberapa kali mendapat penolakan dengan alasan ruang ICU penuh, tidak ada ruang ICUnya atau tidak ada ruang ICU untuk anak-anak, akhirnya kami berhasil menemukan rumah sakit yang masih tersedia ruang ICUnya yaitu RS "T", akan tetapi kembali kami kecewa berat karena deposit biaya untuk ruang ICU tersebut jauh diluar jangkauan kami yaitu sekitar Rp. 11 juta rupiah! kami berusaha untuk bernegosiasi agar pasien dapat masuk terlebih dahulu mengingat kondisinya yang sangat kritis dan membutuhkan penanganan khusus di ruang ICU, akan tetapi rupanya pihak RS "T" telah mendoktrin pegawainya untuk melarang keras pasien segawat apapun untuk ditolong! benar-benar keterlaluan!. Tetapi saat itu kami belum berputus asa, kami cari lagi rumah sakit di sekitar pondok bambu, dapat! yaitu RS "A" akan tetapi ternyata sama saja, karena pasien tidak boleh masuk sebelum kami dapat membayar deposit sebesar Rp. 10 juta rupiah, kami semakin panik tetapi semangat kami untuk dapat menolong anak itu belum padam, kami cari lagi di sekitar Duren Sawit, ternyata RS "D" di sana tidak ada ruang ICUnya dan akhirnya semangat kami padam seiring dengan kabar duka yang diterima oleh kami bahwa sang buah hati sahabatku telah pergi untuk selama-lamanya....duduk termenung, sahabatku hanya bisa melelehkan airmatanya sambil bergumam, "inalillahi wa inailayhi ro'jiun", ya Allah hamba Ikhlas...."
Saya hanya berharap, semoga kasus seperti ini tidak menimpa anda dan keluarga, semoga kehancuran hati sahabatku saat panik mencari rumah sakit yang bersedia menolong untuk anaknya tidak pernah anda alami. Dan semoga pemerintah kita dapat segera membantu rakyatnya yang mendapatkan kesulitan biaya saat harus berobat terutama rakyat kecil seperti kita, sehingga amanat sila ke 2 dan ke 5 PANCASILA dapat diwujudkan.

0 Comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.