Warta Metropolitan, Blog Warta Indonesia

Bila Radang Menjalar ke Jantung

Awalnya, rasa sakit itu dimulai dari kaki Susi (nama samaran), menjelang 2001. Tiap bangun pagi, telapak kaki wanita berusia 44 tahun itu terasa sakit kala menapak lantai. Wanita itu tetap saja ngotot dan ngantor di kawasan Sudirman. Karena rasa sakitnya tak kunjung reda, Susi memeriksakan kakinya ke dokter. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan uji laboratorium, ia dinyatakan kena asam urat. Rasa sakit itu sempat hilang, tapi kemudian datang lagi. Susi pun berganti dokter. Berdasarkan diagnosis, dia terkena rematik. Tak puas, ia juga berobat ke pengobatan alternatif dan minum jamu. Pada suatu waktu, rasa sakit itu menjalar hingga ke lutut. Setelah bangun tidur, dia bahkan sempat pingsan. Sakitnya kian parah. "Angkat gelas pun saya tak bisa," ujarnya. Berjalan pun lambat seperti kura-kura. "Kalau bunuh diri tak dosa, saya pilih bunuh diri," katanya frustrasi. Hingga 2007, Susi berobat ke pakar rheumatoid, Prof Dr Harry Isbagio, SpPD-KR, dan diketahui ia menderita arthritis rheumatoid.

Harry menjelaskan, banyak pasien arthritis rheumatoid terlambat mengetahui penyakit mereka. Umumnya, pasien menganggap penyakit itu sebagai radang sendi biasa. Keterlambatan juga karena pasien tak mendapat diagnosis yang tepat. "Dokter rheumatoid juga masih sedikit," kata guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan pakar reumatologi Indonesia ini. Diperkirakan, sekitar 380 ribu orang Indonesia terserang penyakit ini.

Penyakit ini bisa menyebabkan tubuh mengkeret dan cacat. Dibanding penyakit stroke atau diabetes, penyakit ini lebih banyak menyebabkan kecacatan. "Kerusakan sendi terjadi pada 6 bulan pertama. Organ tubuh yang kena akan mengkeret," ujar Harry.
Tak hanya itu, Harry menjelaskan, 70 persen penderita arthritis rheumatoid terkena stroke dan mereka 1,6 kali lebih riskan terkena penyakit jantung. "Rata-rata usia harapan hidup mereka lebih pendek 5-15 tahun," kata dia.

Staf pengajar Reumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, dr Laniyati Hamijoyo, SpPD-KR, menyatakan penyakit ini menyerang secara sistemik. Selain menyerang kulit dan tulang, yang terjadi saat tubuh mengkeret, penyakit ini memicu timbulnya penyakit lain di paru-paru, mata, pembuluh darah, kardiovaskuler, dan darah. Semakin lama diketahui penyakit itu semakin besar kemungkinan efeknya menjalar dan memicu timbulnya penyakit lain.

Laniyati menjelaskan, penyebab utama penyakit arthritis rheumatoid masih belum jelas. "Dugaannya, banyak faktor yang berperan," kata dia. Ada kemungkinan faktor genetik, hormon lingkungan, rokok, hingga paparan bahan kimia. Namun wanita lebih banyak terserang penyakit itu ketimbang pria. Melihat kemungkinan faktor hormon tersebut, anak-anak pun bisa terkena.

Dalam penyakit autoimun ini, tubuh membentuk antibodi, padahal infeksinya sudah tak ada. Antibodi berkembang dan justru menyerang organ tubuh sendiri. Biasanya yang diserang awal adalah sendi-sendi kecil, misalnya tangan, kaki, dan lutut. "Tangan umumnya lebih banyak diserang, sekitar 70 persen kasus," kata Laniyati.

Saat radang terasa menyerang sendi tangan atau kaki, sebenarnya peradangan tak hanya terjadi di dalam sendi tangan atau kaki. "Tapi juga terjadi di dalam pembuluh darah dalam (endotel)," kata Laniyati. Pembuluh darah mengecil saat terjadi peradangan. Jika terjadi peradangan, plak bisa lepas, lalu masuk ke aliran darah yang lebih kecil. "Sehingga menyumbat aliran darah."

Gejala pada penderita arthritis rheumatoid yang menjalar menjadi penyakit jantung sama dengan gejala pada penyakit kardiovaskuler lain, yakni nyeri dada, pada aktivitas ringan dada terasa sesak, keringat dingin keluar, dan rasa nyeri menjalar di tangan. "Jika dibiarkan, bisa menyebabkan kematian," kata Laniyati.

Penderita arthritis rheumatoid 1,6 kali lebih riskan terkena penyakit jantung daripada mereka yang tak terkena penyakit itu. Namun risiko penyakit jantung lebih besar lagi jika penderita arthritis rheumatoid juga memiliki faktor risiko lain, seperti merokok, kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, kegemukan, atau kurang aktivitas. "Risikonya bisa tujuh kali lipat," ujarnya.

Untuk itu, hindarilah risiko penyakit kardiovaskuler dengan menjalani pola makan sehat, menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah, berhenti merokok serta, teratur berolahraga.  Sedangkan untuk arthritis rheumatoid, susah dicegah.

Untuk pengobatan, biasanya digunakan obat antiperadangan. Namun obat antiperadangan ini hanya untuk menghilangkan rasa sakit. Sedangkan untuk memperlambat atau mengurangi ganasnya arthritis rheumatoid, biasanya digunakan obat DMARD (Disease Modifying Arthritis Rheumatoid Drugs). Bagi penderita arthritis rheumatoid dengan penyakit lain, penanganan disertai dengan pengobatan penyakit lain tersebut. Misalnya, jika kadar kolesterol tinggi, kadar kolesterol juga akan diturunkan.
 
NUR ROCHMI

Sumber:  tempointeraktif.com

0 Comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.