Warta Metropolitan, Blog Warta Indonesia

Belajar Mengasuh Bayi dari Para Ayah

Lihat gaya cuek Matthew McConaughey saat bermain bersama anak-anaknya.
PestaBaca.info - Kelahiran bayi selalu dinanti oleh seluruh keluarga. Saat sudah datang ke dunia, biasanya ibulah yang akan mencurahkan segenap perhatiannya pada sang bayi. Naluri keibuan terkadang mendorong ibu baru untuk mengurus bayinya dengan sesempurna mungkin. Padahal, di dunia nyata, seringkali apa yang Anda harapkan belum tentu dapat terjadi. Kecuali bila Anda memang siap dan mampu mengurus anak selama 24 jam penuh, tanpa melakukan aktivitas lainnya -termasuk mandi, makan, atau merawat diri sendiri.
Di lain pihak, para ayah malah lebih sering bersikap realistis saat harus mengasuh bayinya. Dan terbukti, dengan sikap realistisnya itu ia dapat mendampingi anaknya sambil tetap memenuhi semua kebutuhan dirinya sendiri. Bila dua sisi ini disandingkan, tentulah para bayi juga yang akan merasakan manfaatnya. Untuk itu, apabila selama ini Anda lebih banyak menuntut para suami untuk belajar dari Anda, ada kalanya giliran Anda yang juga belajar dari suami. Nah, inilah beberapa pola pikir para pria yang dapat Anda tiru:

1. Tidak masalah bila bayi terlihat kotor
Anda mungkin langsung menjerit histeris ketika sang bayi terlihat kotor, sementara para ayah akan membiarkannya saja. Menurutnya, sedikit kotor tidak masalah karena yang terpenting anak merasa senang dan tidak menyentuh barang-barang yang berbahaya. Ini akan mengajarkan para ibu untuk lebih toleran dan kompromis. Bukankah ini akan menjadi bagian dari pembelajaran anak juga?

2. Tidak masalah bila bayi menangis
Banyak hal yang bisa menyebabkan anak menangis. Para ibu biasanya akan kerepotan menggendong dan menenangkan bayinya. Sementara bagi para ayah, selama tangisan bayi bukan dikarenakan penyakit (seperti misalnya demam tinggi), mereka akan menganggap hal itu wajar saja. Dari sini, Anda akan belajar untuk memahami bahwa menangis itu adalah bagian dari kehidupan bayi. Seperti halnya Anda yang akan mengomel panjang-pendek karena kesal atau menjelaskan panjang-lebar tentang apa yang Anda inginkan, bayi menyalurkannya dalam bentuk menangis. Sebab, hanya itu cara komunikasi yang ia ketahui saat itu.

3. Tidak masalah bila bayi mencoba hal-hal baru
Ketika bayi terhuyung-huyung di kala mencoba untuk berdiri atau berjalan, sang ibu akan langsung menangkap tubuhnya serta menggendongnya supaya tidak terjatuh. Apa yang dilakukan sang ayah? Ada yang merentangkan tangan di sekitar tubuh anak, tidak menyentuhnya tapi siap menangkap bila jatuh. Ada juga yang membiarkannya karena melihat area sekitar anak tergolong aman meski ia jatuh (misalnya, dia berjalan di lantai berkarpet atau berdiri di dalam boksnya sendiri). Bila Anda mau menerapkan cara pasangan melatih anaknya berjalan, Anda sudah memberikan andil dalam menanamkan rasa percaya diri pada anak. Ia akan berpikir, orangtua saya percaya saya dapat berjalan dengan baik, maka saya akan membuktikannya!

4. Tidak masalah bila bayi dijaga oleh orang yang tidak begitu ia kenal
Bicara soal realistis, ada kalanya Anda harus meninggalkan bayi karena keperluan mendadak, seperti hendak buang air kecil pada saat sedang makan di restoran. Sementara pada waktu itu, Anda dan bayi hanya berduaan saja di sana. Para ibu mungkin akan sekuat tenaga menahan keinginan buang air kecil sampai "pertolongan" tiba, misalnya sang ayah sudah datang menjemput. Atau, ditahan hingga sampai di rumah.

Di lain pihak, apa yang dilakukan para ayah? Dia bisa saja menitipkan bayi ke pelayan restoran sebentar, menuntaskan kebutuhannya, lalu kembali lagi ke meja. Anda selalu khawatir anak akan menangis ketika melihat Anda pergi, sementara pasangan Anda berpikir, belum tentu anak akan menangis saat melihat wajah pelayan restoran yang ramah. Lagipula, ia hanya pergi sebentar. Bila Anda menyetujui cara pikir ini dan mau melakukannya, Anda secara tidak langsung telah membekali anak dengan kemampuan sosial yang baik dan juga kematangan dalam menghadapi perpisahan.

5. Tidak masalah bila kondisi bayi tidak seperti yang tertera di buku panduan orangtua
Ibu cenderung melakukan segalanya sesuai dengan buku referensi yang ia miliki. Itu sebabnya, begitu Anda mendapati si bayi kecil ternyata memiliki berat kurang 1 kg dari angka ideal yang tertulis di buku, rasa panik langsung melanda. Pikiran macam-macam bisa timbul. Kurang gizi, kurang stimulasi, atau jangan-jangan ada penyakit tersembunyi. Sejalan usia, semakin sering Anda membalik-balik halaman buku untuk mencocokkan perkembangannya.

Nah, apa yang dilakukan para ayah? Mereka biasanya akan membaca buku itu, mengingat batas bawahnya, lalu setelahnya membiarkan anaknya berkembang apa adanya. Dan bila beratnya tidak seperti yang ditulis di buku, dia akan dengan santai berkata, "Setiap anak berbeda-beda, tidak bisa disamakan."

Apa yang bisa Anda pelajari dari sini? Bahwa anak Anda adalah pribadi yang unik dan tidak setiap buku bisa mendeskripsikannya dengan tepat. Berbanggalah akan hal ini!

Masih penasaran dengan gaya pengasuhan Anda? Silakan klik Trik Menjadi Ibu yang Lebih Santai.

[kompas.com]

0 Comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.