Warta Metropolitan, Blog Warta Indonesia

Dulu Kurir, Kini Buka 100.000 Toko

Hengky Setiawan, President dan CEO Telesindo (kiri) menerima penghargaan atas dedikasinya pada industri seluler tanah air (Lifetime Achievement) dari Agung Adiprasetyo, CEO Kompas Gramedia Group (kanan) pada ajang ICA 2011.
PestaBaca.info - Jakarta, Dengan modal awal dana hasil meminjam kepada atasan, kini Hengky Setiawan berhasil menjadi atasan dalam bisnis di dunia telekomunikasi. Kini ia sudah menjadi CEO Telesindo Shop.

Hengky menceritakan, awalnya dia berkecimpung di dunia telekomunikasi dengan memberanikan diri jual beli ponsel bekas dengan modal pinjaman. "Tahun 1987 (saya) jadi kurir (di toko sparepart mobil). (Selama) tahun 1989-1990, saya memberanikan diri pinjam dari bos (sebesar) Rp 5 juta, (padahal) gaji cuma Rp 75.000. Pinjam duit Rp 5 juta, bos pun kaget," tutur Hengky kepada Kompas.com, di Jakarta, pertengahan bulan Juli lalu.

Ia mengaku kepada bosnya bahwa uang tersebut akan dibelikan handphone bekas. Kemudian ia mengecat ulang casing ponsel tersebut di bengkel mobil tempat dia bekerja. Alhasil, handphone tersebut laku seharga Rp 7 juta, atau lebih dari uang yang dipinjam dari bos-nya.

Dalam mempertahankan bisnisnya ini, ia pun kembali berutang kepada bos-nya tersebut hingga beberapa kali. Selain itu, demi memuluskan penjualan handphone tersebut, ia juga mengiklankan di koran.

Itulah sekelumit perjuangan Hengky yang sekarang sudah menjadi CEO salah satu perusahaan yang berkecimpung di dunia telekomunikasi Indonesia.

Pemain tiga zaman

Berdasarkan tahun, ia memang telah berkecimpung di bisnis selular minimal dua dasawarsa. Oleh sebab itu, ia pun turut mengalami transisi produk handphone, mulai dari mulai dari NMT (Nordic Mobile Telephone), AMPS (teknologi 1G), dan GSM (teknologi 2G). "Jadi, saya sudah pemain tiga jaman," tambah dia.

Bahkan sebenarnya, kalau dilihat perkembangan teknologi saat ini, ia malah telah berada di generasi ketiga dari handphone dengan teknologi 3G-nya. Eksistensinya dalam industri ini tentu tidak dijalaninya dengan mulus. Seiring dengan karakteristik industri ini yang terus mengalami perubahan teknologi, ia pun membutuhkan dana tambahan untuk mengembangkan usahanya.

Meminjam uang cukup sering dilakukan oleh ayah dengan empat putera ini. Berutang tidak hanya dilakukannya kepada orang lain, orang tua (ibu) pun juga termasuk pihak yang dimintai bantuan dana olehnya. Pinjaman dana kepada ibunya, yang berprofesi sebagai penjahit, tidak serta merta mudah diberikan. Uang diberikan dalam jumlah bertahap dan berbunga. Ia mengaku, bunga tetap dikenakan, karena pada dasarnya ia meminjam untuk modal bisnisnya.

Pinjaman pun pernah ia layangkan kepada bank, khususnya saat ia telah bekerja sama dengan Telkomsel. "Makin hari makin gede (dana yang dibutuhkan). Sudah nggak punya duit lagi, kurang, pinjam ruko, suratnya diagunin ke Bank BCA. Beli ruko dulu Rp 250 juta. Bank nggak percaya kita, (akhirnya) kita cuma dikasih Rp 50 juta doang, (atau) dikasih setengahnya," ujarnya.

Sekitar tahun 1991, atau eranya AMPS, pola binis yang ia lakukan yaitu berjualan nomor telepon, selain handphone. Baru selang beberapa tahun setelahnya, era GSM pun dimulai dengan kehadiran Satelindo. Dengan perusahaan inilah, ia pernah mengalami pahitnya bisnis di industri yang berkaitan erat dengan teknologi ini.

Tepatnya, tahun 1996, ia mendaftarkan diri untuk menjadi dealer resmi Satelindo, dengan nama Satelindo Direct. Waktu itu, ia bersama dengan temannya sebagai mitra, harus mengeluarkan uang senilai Rp 1 miliar untuk mengambil barang.

Ia pun harus membayar subsidi handset sebesar Rp 350.000 per buah. Ternyata, subsidi tidak kunjung dibayarkan. Ia pun harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Dari kerugian tersebut, harta yang tersisa hanya 20 toko yang akhirnya dibagi rata dengan mitranya itu.

Setelah itu, ia pun bekerja sama dengan Telkomsel, tepatnya pada tahun 1997. Pada saat itulah, Telesindo Shop akhirnya berdiri. Menurutnya, saat itu, produk Telkomsel cukup meledak di pasaran. Harga sebuah nomor bisa mencapai Rp 1 juta. Padahal modalnya hanya Rp 250.000. Dengan keuntungan dari penjualan nomor ini, ia pun terus mengembangkan usahanya dengan menambah tokonya.

Ia mengemukakan ketika Singtel (perusahaan telekomunikasi Singapura) masuk ke dalam Telkomsel, ada perkembangan yang positif yang dihasilkan. Menurutnya, keberadaan Singtel yang membawa pengetahuan mendorong Telesindo untuk berani mempeluas cabang atau gerainya. "Dia (Singtel) ngajarin kita jemput bola. Dia bilang, siapa mau buka 50 gerai, (lalu) saya buka 100 gerai. (Lalu dia bilang) siapa mau buka 100 gerai, (maka) saya buka 200 gerai. Nah itu, saya selalu berbuat lebih dari kompetisi," tuturnya yang mengaku strategi ini sebenarnya telah ia lakukan sejak dulu.

Setelah sukses bekerja sama dengan Telkomsel dengan lima tahun berturut-turut terpilih sebagai best distributor sejak tahun 2006, ia pun mulai masuk ke penjualan handphone buatan Cina pada tahun 2008, yang akhirnya menghasilkan TiPhone (PT Tiphone Mobile Indonesia). Ini merupakan merek handphone ciptaannya sendiri dengan supplier barangnya berasal dari Cina.

Sempat mengalami penjualan yang kurang sukses pada awalnya, kini TiPhone bisa berada di top 5 merek handphone di Indonesia dari 143 yang teregister. Apa yang membuatnya melaju begitu cepat?  Ia pun menjawab, keyakinan!

Ke depannya, Hengky berusaha untuk bertahan di bisnis seluler ini. Mengingat pangsanya masih besar ke depannya. "Telekomunikasi ini lima tahun ke depan masih bagus, (seperti) Singapura (Singtel) sudah mature, (jadi) kunci mereka tumbuh adalah inovasi," tuturnya yang menyebutkan pasar yang sudah tumbuh secara maksimal pun masih bisa berkembang, seperti halnya Singapura dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit ketimbang Indonesia.

Terhadap mulai terbukanya pasar di internal ASEAN pada tahun 2015, ia mengatakan tidak akan takut terhadap persaingan dengan pelaku usaha asing. "Nggak (takut). Indonesia ini market yang paling luas, paling besar, dibanding Singapura dan Malaysia," tambah dia.

Sebagai salah satu strateginya, ia menyebutkan, "Kita akan mengikuti market pasar. (Jika) sekarang trennya android dan smartphone (maka) kita ikut. Kalau trennya low-end atau masuk handphone dengan kisaran harga Rp 200.000, (ya) kita ikut. Balik lagi kelima pilar itu," ujarnya yang akan tetap fokus di dunia telekomunikasi ini sembari membuka peluang usaha di bidang lain seperti properti.

Apa itu lima pilar yang katanya sebagai kunci sukses usahanya? Ia mengaku ada lima pilar yang menjadi kunci kesuksesan karirnya. "Memang saya punya prinsip satu adalah keyakinan saya. Pilar kedua adalah harus komit, (diantaranya) komit kepada service center kita, marketing, (hingga) cabang. Pilar ketiga adalah fokus, (pilar) ke-empat adalah inovasi. Kalau kita sudah mentok sini, kita harus inovasi lagi, supaya jangan kita stuck, lima adalah hasilnya," ungkapnya.

Keyakinan baginya teramat penting khususnya dalam memulai usaha. Kalau tidak yakin, lanjut dia, pelaku usaha pun tidak akan sukses. Bahkan, ia mengaku tidak pernah mendapat bekal pendidikan terkait dunia telekomunikasi. "Pendidikan? Nggak ada. Saya selalu belajar baca-baca majalah begini. Kapan saya bisa jadi orang hebat kayak gini, masuk dalam majalah Forbes (dan sejenisnya)," sebutnya.

Lima pilar ini pun tidak hanya ia terapkan pada bisnis atau pekerjaannya. Pilar-pilar tersebut juga diterapkan saat ia menjalani hobinya yang mengkoleksi mobil sedan Mercedes Benz. Alhasil, ia pun berhasil mengkoleksi sejumlah piala dalam perlombaan level nasional. "Jadi beli mobil Mercedes yang cuma Rp 10 juta (dengan kondisi) hancur. Kita bangun lagi sampai sempurna, kayak baru, kayak pabriknya. Nah, itulah komitmen kita," tutur dia.

Dengan pilar tersebut, hobinya pun dapat dijadikan bisnis juga. Ia menyebutkan, ada selisih harga yang cukup jauh ketika membeli mobil tua dengan harga murah kemudian diperbaiki, dengan harga mobil yang dibeli baru dari toko. Kelima pilar ini pun mengantarkannya meraih berbagai penghargaan. "Terakhir, saya juga baru dapat dari Kompas Group, lifetime achievement. itu suatu kebanggaan buat saya," ungkap dia.

Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan penghargaan sebagai 10 toko yang berpengaruh di Indonesia pada tahun 2009, dari majalah Techlife. Untuk itu, ia berkeyakinan untuk terus mengembangkan penjualannya. "Kita harus mengembangkan reseller-reseller kita. Hari ini reseller kita masing-masing sudah mempunyai reseller binaan ya, toko-toko. Kita sudah 100.000 toko. akhir-akhir tahun ini kita 300.000," sebut dia, yang juga menyebutkan gerai-gerainya telah tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Target tahun 2012, ia mengaku akan membuka lebih dari 1.000 gerai. Bahkan, ia pun berencana akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada bulan Desember ini. IPO dilakukan demi memperbesar usahanya. "(Bulan) Desember inilah kita sudah go-public. Bulan depanlah kita daftar ke Bapepam-LK, Kita hitung rasio audit kita dulu," kata dia.

Selain ini, ia juga berencana mengakuisisi perusahaan sejenis. Namun, ia belum dapat detailnya seperti apa. Target pribadi lainnya, ia berharap bisa masuk dalam top 10 CEO yang dikeluarkan oleh sebuah majalah dan konsultan riset terkenal dalam waktu terdekat ini. Sebelumnya, ia berhasil masuk dalam jajaran 20 besar dengan berada di posisi ke-19. Posisinya pun melonjak menjadi peringkat ke-11 pada tahun 2010.

Sebagai tambahan kunci kesuksesan, ia pun menyebutkan kebiasaan bangun pagi juga penentu keberhasilan. Kini, hal ini diterapkan bagi keempat anaknya, termasuk kepada anaknya yang masih berusia di bawah lima tahun.


[kompas.com]

0 Comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.