Warta Metropolitan, Blog Warta Indonesia

Baby Blues? Atasi dengan Akupunktur!

PestaBaca.info - Meskipun kehamilan dan kehadiran anak telah lama ditunggu-tunggu, perempuan bisa saja mengalami baby blues. Kekhawatiran ini muncul karena perempuan merasa tak akan bisa merawat anaknya dengan baik. Dalam tingkat yang parah, baby blues bahkan harus dipulihkan melalui terapi dan obat-obatan.

Karena ibu yang baru melahirkan masih butuh menyusui, terapi alternatif -khususnya akupunktur- tampaknya lebih jadi pilihan. Dalam penelitian terhadap 150 ibu baru yang mengalami depresi, dua pertiganya telah menjalani akupunktur, dan dilaporkan mengalami perbaikan yang signifikan.

Studi yang digelar oleh tim Stanford University School of Medicine ini mendapati bahwa wanita  hamil merespons dengan baik perawatan yang bebas obat-obatan. Di antaranya dengan cara menusukkan jarum tipis dan lentur ke beberapa bagian dari tubuh untuk mengatasi rasa sakit atau untuk alasan yang berkaitan dengan terapi.

Para dokter memang telah memperingatkan bahwa depresi saat kehamilan dapat menyebabkan komplikasi yang serius jika tidak dirawat. Obat-obatan biasanya tidak disarankan oleh dokter untuk pasiennya. Karena itu, akupunktur menjadi cara yang ideal karena tidak ada obat-obatan yang diperlukan.

Meskipun kebanyakan orang mengasosiasikan baby blues sebagai post-natal depression (depresi paska kelahiran), 14 persen wanita ternyata telah mengalami mood yang buruk saat masih mengandung. Diyakini bahwa hal ini akibat hormon-hormon semasa kehamilan, dan perasaan meluap-luap akan adanya perubahan hidup dan tanggung jawab yang harus dijalani.

Pemimpin studi, Dr Rachel Manber, profesor bidang psikiatri dan ilmu perilaku, mengatakan, "Akupunktur yang sudah distandarisasi dapat menjadi pilihan perawatan yang layak untuk depresi selama kehamilan."

Dr Deidre Lyell, asisten profesor bidang obstetri dan ginekologi, sependapat dengan rekan setimnya. "Perawatan depresi semasa kehamilan sangat penting, sehingga perempuan bisa menjaga arti kesejahteraan, dan menjaga dirinya, janin, dan kelak, anaknya."

Tim peneliti sungguh berharap masyarakat akan menghargai metodologi yang digunakan dalam percobaan ini, dan menerima hasilnya.

[kompas.com]

0 Comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.