Militer Israel kerap mengandalkan pasukan perempuan untuk menjalankan tugas intelijen. Pertimbangannya, perempuan dipandang lebih disiplin, pro-aktif, serta fokus dalam mengemban tugas-tugas yang membutuhkan kesabaran dan pengawasan.
Di kegelapan malam, tampak empat tentara bergerak mengendap-endap. Keempatnya membawa senapan laras panjang yang mereka gunakan untuk menyibakkan gundukan pasir, tempat penyusup biasa bersembunyi. Menjelang subuh, mereka kembali ke markas dan melepaskan atribut patroli. Ketika keempat tentara itu mencopot helm, tampak rambut mereka dikucir ekor kuda. Tak dinyana, tentara-tentara itu ternyata tentara perempuan yang tergabung dalam tim Mor.
Tim Mor merupakan sebuah unit pengintai Pemerintah Israel yang kesemua anggotanya perempuan. Tim tersebut bertugas di wilayah perbatasan Israel-Mesir dan biasanya menjalankan aksi mereka pada malam hari. Tugas para tentara perempuan itu mencegat calon penyusup di Gurun Sinai. "Kami membuat kontribusi nyata untuk melindungi negara," kata komandan tim Mor, Letnan Mor Dafna, kepada Reuters, pekan kedua Januari 2013.
Dafna menjelaskan sebelum dilepas ke medan pertempuran, para anggota tim dilatih dan digembleng di markas pusat intelijen Israel yang berlokasi di lapangan Sayarim, tak jauh dari wilayah perbatasan. Gurun Sinai di Mesir acap digunakan oleh kelompok gerilyawan atau imigran legal dari Afrika untuk menembus wilayah perbatasan Mesir-Israel. Padahal, pihak Israel telah memasangi kawat berduri di kawasan perbatasan tersebut.
Keberadaan tentara-tentara perempuan tersebut sebenarnya bukan hal yang aneh di Israel. Di sana, egalitarianisme gender memang sangat terkenal. Perempuan sangat dihargai dan dihormati oleh militer Israel. "Bukannya tidak sengaja kami memiliki lebih banyak anggota intelijen perempuan. Kami sangat menghormati laki-laki, tetapi di sejumlah kasus perempuan memiliki keunggulan," ujar Mayor Oshrat Bachar, kepala operasional di Sayarim.
Mantan juru bicara kepala militer Israel, Ruth Yaron, mendukung pernyataan Bachar. Menurut dia, perempuan memang cenderung lebih pas untuk menjalankan tugas-tugas yang membutuhkan kesabaran dan pengawasan. "Disiplin, pro-aktif, dan fokus jangka panjang. Hal-hal itu kurang didapat dari tentara laki-laki yang berusia antara 18 atau 19 tahun," kata Yaron.
Saat ini, militer Israel memiliki pasukan intelijen perempuan yang jumlahnya mencapai 55 persen dari total pasukan intelijen yang ada. Adapun unit pasukan tempur Israel jumlahnya masih didominasi kaum pria yang mencapai 96 persen. Selain ditempatkan di perbatasan Israel-Mesir, Israel menempatkan ribuan tentara perempuan untuk mengawasi wilayah perbatasan, termasuk memantau lewat video. Di luar Jalur Gaza, sejumlah layar pemantau dipasang. Layar tersebut terkoneksi langsung dengan senapan mesin berat sehingga memungkinkan tentara perempuan Israel langsung menarik tuas dan menembak para penjarah dari Palestina.
David Tzur, mantan jenderal yang pernah bertugas di Israel Intelligence Heritage and Commemoration Centre mengatakan sistem pengendali lewat remote di kalangan militer Israel disebut ro’ah-yorah atau berarti melihat target. Nama itu diambil dari feminisme bahasa Ibrani karena operatornya adalah tentara perempuan. "Tentara perempuan tidak suka dengan penamaan yang berbau maskulin," kata Tzur.
Tzur mengakui tentara perempuan memiliki daya tahan dan konsentrasi yang tidak bisa disepelekan. Hal itu terlihat ketika tentara perempuan ditempatkan di wilayah perbatasan. Mereka mampu bertahan hingga beberapa hari meskipun cuaca sangat terik. Para tentara itu rutin mengirimkan laporan pergerakan tersangka yang mereka intai lewat teropong. "Layanan intelijen adalah sektor yang paling dihormati dalam militer Israel dan kami memasukkan tentara perempuan ke dalamnya," papar Tzur.
Terkenal lewat Film
Peran intelijen perempuan sebetulnya sudah dikenal sejak dulu. Sebagai bukti, banyak film Hollywood mengangkat kisah kehebatan intelijen perempuan. Film terbaru bertema intelijen adalah Homeland dan Zero Dark Thirty yang mengisahkan perburuan Osama bin Laden. Kedua film itu menampilkan anggota CIA perempuan yang piawai memimpin tim mengungkap pelaku kejahatan.
Menurut Richard Kemp, pensiunan dan veteran perang Afganistan dan Irak dari militer Inggris, angkatan bersenjata di negara-negara Barat memandang adanya perbedaan antara tentara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, dia sangat terkejut ketika mengetahui sebagian besar anggota intelijen Israel ternyata berjenis kelamin perempuan. "Dalam angkatan bersenjata kami, perempuan itu minoritas, tetapi yang kami lihat banyak sekali perempuan Israel menjadi tentara," kata Kemp.
Dia menambahkan laki-laki secara fisik lebih kuat, sedangkan perempuan cenderung lebih sentimental. Namun begitu, perempuan pada rentang usia tertentu memang sangat baik untuk tugas-tugas intelijensi dan analisis. (suci sekarwati)
sumber: koran-jakarta.com
0 Comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.