PestaBaca.info, Jakarta - Kasus Leni (21) mahasiswi Universitas Paramadina yang dipidanakan sendiri oleh pacarnya, Anjas (27), membuka tabir banyaknya kekerasan dalam pacaran. Menurut psikolog forensik, Reza Indra Giri Amriel kekerasan dalam pacaran ini tidak boleh ditolerir karena akan berulang di kemudian hari.
"Perilaku kekerasan terhadap pasangan sangat cenderung mengulangi perbuatannya. Jadi memang lebih baik pisah pada saat terjadi kekerasan pertama kali," kata Reza saat berbincang dengan detikcom, Jumat, (17/6/2011).
Kekerasan dalam sebuah hubungan mempunyai siklus bervariasi. Namun biasanya terjadi kekerasan, lalu minta maaf, dilanjutkan mengiba, lalu kembali rukun. Tapi berlanjut lagi ke konflik disambung dengan kekerasan dan meminta maaf. Siklus ini terus menerus terjadi.
"Jadi jangan tolerir kekerasan dalam pacaran. Percuma baikan, karena akan terulang lagi," terang pengajar Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta ini.
Berbeda dengan kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Biasanya istri punya pertimbangan banyak apabila dikerasi oleh suami, sehingga akan berpikir berulang kali apabila meminta cerai. Apalagi ditambah budaya Timur yang menilai janda mempunyai idiom negatif. Serta berpikir susahnya menjadi singel parents, terutama dalam urusan ekonomi.
"Tetapi dalam pacaran, seperti yang dialami Leni, apa yang harus di pertimbangkan? Putuskan saja. Toh masih pacaran," cetus alumni Melbourne University ini.
Seperti diketahui, Anjas bertemu Leni di rumah Leni di Kemayoran pada 22 November 2010. Awalnya Anjas meminta proses putus pacaran diselesaikan dengan baik- baik. Namun, ketika waktu menunjukan pukul 19.30 WIB, Anjas mulai menunjukan hal aneh. Tiba- tiba saja Anjas memaksa Leni menciumnya. Lalu Anjas juga memegang-megang tubuh Leni. Lantas Leni pun membela diri dengan menyiram Anjas dengan air panas dalam gelas. Anehnya, Jaksa malah menetapkan Leni sebagai terdakwa dengan ancaman 2,5 tahun penjara.(asp/rdf)
0 Comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.