PestaBaca.info - Perdana Menteri Prancis, Francois Fillon mengatakan NATO dan negaranya sengaja intervensi ke Libya dengan memasok senjata kepada kelompok anti Presiden Muammar Khadafi.
Menurut dia, intervensi itu sengaja dilakukan untuk mencegah Khadafi melakukan pemboman terhadap masyarakat sipil melalui serangan udara.
"Pasukan pemberontak hampir saja dihancurkan oleh Khadafi," kata Fillon usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat 1 Juli 2011.
Fillon menegaskan, pihaknya telah meminta Khadafi untuk menghentikan serangan dan bicara di meja perundingan karena situasi semakin sulit. "Kami lihat Khadafi tidak mampu untuk memimpin dan itu tidak pantas jadi pemimpin Libya," kata dia.
Fillon menambahkan, ke depan, pihaknya akan membahas permasalahan di Libya untuk menjadi solusi damai. Meski demikian, lanjut dia, yang bertugas menciptakan perdamaian itu bukan Prancis ataupun negara koalisi lainnya.
"Tapi, PBB yang bisa mencari solusi dan mencegah negara membunuh masyarakat sipilnya sendiri," kata dia.
Menurut dia, perlakuan pemerintahan Khadafi terhadap rakyatnya tidak dapat diterima secara moral. "Kami berharap perundingan terjadi segera, agar seperti Tunisia dan Mesir dapat temukan jalan demokrasi," ujar Fillon.
Hingga saat ini, konflik antara pemerintah dan pemberontak anti Khadafi masih berlangsung di Libya. Ratusan orang meninggal akibat konflik itu.
Mahkamah Kriminal Internasional sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi pemimpin Libya itu. Namun, Khadafi terangan-terangan tidak mengakui perintah penangkapan itu, yang dia anggap sebagai keputusan politik. (art)
[vivanews.com]
0 Comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.