PestaBaca.info – Surabaya, Ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya harus berjuang untuk hidup anaknya, Supriyatun kini juga terancam dibui. Sebagai janda dengan 5 anak, Supriyatun bisa jadi adalah potret rakyat Indonesia yang mengalami nasib celaka di tengah kesenjangan ekonomi. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga.
Pandangan itulah yang diungkapkan Psikolog Universitas Airlangga, Bukik. Ia mengaku terharu atas kasus yang menimpa Supriyatun. Satu kalimat yang pasti yakni kehidupan janda 5 anak tersebut digambarkan seperti piramida korban.
Di satu sisi terdapat kaum elit tertinggi negara, satu sisi lainnya ada pula sebagian rakyat yang berada di lapisan terbawah yang harus survive menghadapi perkembangan zaman.
"Mungkin demikian nasib Ibu Supriyatun di Kediri itu, sudah perempuan, miskin, janda, menanggung 5 anak pula," kata Bukik saat dihubungi detiksurabaya.com, Kamis (4/8/2011).
Apa yang dilakukan Supriyatun, lanjutnya, tak ada motif lain, selain motif untuk bertahan hidup. Terlebih janda berumur 41 tahun itu juga harus membesarkan tiga anaknya yang masih kecil. Pekerjaan tersebut bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan gampang dilakukan seorang wanita yang sudah ditinggal meninggal sang suami.
"Padahal siapa yang tak ingin hidup secara menusiawi?" katanya mempertanyakan dilema tersebut.
Bukik juga mengungkapkan, ketika tidak ada cara yang manusiawi untuk bertahan hidup, maka orang akan melakukan cara apa saja. Maka tak heran bila Supriyatun nekat mendapatkan beras untuk hidup anak-anaknya, meski mungkin ia tahu perbuatannya melanggar hukum.
"Kalau pakai cara manusiawi susah, orang bisa lakukan apa saja untuk bertahan hidup," tuturnya.
Kasus Supriyatun menurutnya merupakan kasus kejahatan ringan. Dan kasus semacam ini tidak akan selesai hanya dengan mengadili Supriyatun di dalam penjara. Bukik berharap pemerintah mampu memastikan rakyatnya hidup dengan cara yang manusiawi dan dapat diterima dengan akal sehat.
"Bukannya justru menghukum mereka yang sudah jatuh, tertimpa tangga, kehujanan pula," pungkasnya.
Ia berharap kasus Supriyatun ini diserahkan kepada dinas sosial setempat. Hal ini supaya tidak ada lagi kasus Supriyatun-Supriyatun lainnya yang muncul dengan alasan yang sama. Sebab penjara dinilai tak mampu membuat efek jera sekalipun, apalagi solusi kebaikan rakyat Indonesia.
Diberitakan sebelumnya, Supriyatun (41) warga Kelurahan Gayam Kecamatan Mojoroto, Kediri nekat mencuri 10 kg beras milik Supriyanto. Saat dibawa ke polisi, janda ini mengaku terpaksa mencuri untuk kebutuhan makan 5 anaknya.
[surabaya.detik.com]
0 Comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.