PestaBaca.info - PENDERITAAN orang adalah hiburan bagi orang lainnya. Teori ini dipercaya oleh kalangan pengusaha media, khususnya yang mengambil pangsa pasar perempuan. Itulah sebabnya kebanyakan majalah perempuan punya rubrik khusus untuk mengeksploitasi kemalangan orang.
Majalah Kartini, pada akhir tahun 70-an memeloporinya dengan rubrik yang kemudian menjadi ikon kisah keluh kesah: Oh Mama, Oh Papa. Sejak itu bermunculan rubrik sejenis di berbagai media dengan nama yang mirip-mirip: Duh Gusti, Ya Illahi, Oh Tuhan, dll.
Majalah yang menyajikan kisah keluh-kesah yang over dosis itu nyatanya memang laku di pasaran. Disenangi pembacanya. Sebab setelah membaca itu kisah, ia kemudian merasa nasibnya jadi lebih baik, lebih beruntung dibandingkan dengan penderitaan orang yang di majalah itu.
Padahal kisah yang sebenarnya pasti tidak sedramatis itu. Redakturlah, dengan kamahiran editing dan rewriting, yang membuat semuanya jadi sungguh-sungguh mengharu-biru. Presiden RI Jenderal (Pur) Soesilo BY memang bukan pengusaha media. Tapi penampakannya Senin petang (30/5) di Lanud Halim Perdanakusuma, sesaat menjelang terbang ke Pontianak, yang mengungkapkan kegundahan hatinya dengan raut wajah yang meyakinkan sedihnya, mengingatkan kita pada rubrik Oh Mama, Oh Papa itu.
Kita yakin, dengan keluh-kesahnya itu Jenderal Soesilo tidak bermaksud meminta belas kasihan rakyat, apalagi minta tolong. Sebab apa yang bisa kita lakukan untuk menolong Jenderal Soesilo yang, katanya, “Selama mengemban amanah melalui pemilu yang sah dan demokratis, saya kira ratusan fitnah datang kepada saya…”
Memang, ini reaksi yang dipicu oleh menyebar-luasnya pesan singkat (SMS) dari seseorang yang mengaku Nazaruddin yang kabur ke Singapura sehari menjelang dicekal KPK.
Si pengirim SMS yang merasa dikorbankan, mengancam akan membalas dengan membongkar skandal seks sesama jenis di Istana, manipulasi data IT pada pemilu lalu, megaskandal Bank Century dan korupsi beberapa petinggi Partai Demokrat.
Kita tidak tahu apakah SMS itu asli dari Nazaruddin yang (bekas) Bendahara Umum PD atau bukan. Soalnya yang mengatakan itu hoax, kabar angin di dunia maya, adalah orang-orang PD dan pejabat Istana. Nazaruddin sendiri, sampai tulisan ini digarap, belum membantah, tapi juga tidak mengorfirmasi.
Tapi saat mengungkapkan kegundahannya akibat “ratusan fitnah” itu, mengiang kembali di telinga kita isu latar belakang masuk buinya (bekas) Ketua KPK Antasari Ahzar, kebohongan yang diungkapkan para pemuka agama, rekomendasi Pansus DPR untuk menyelidiki rekayasa bailout Bank Century (Rp 6,7 triliun), abuse power yang dihembuskan Wikileaks, lengkap dengan istrinya yang dibilang dua koran top Australia sebagai broker bisnis dan pelindung koruptor.
Ternyata begitu banyak fitnah yang menerpa presiden kita yang satu ini. Sehingga SMS lebih layak diakronimkan “Semua Memfitnah Soesilo". Padahal satu fitnah saja , kata orang bijak, lebih kejam dari pembunuhan. Lha, ini ratusan. Jadi sungguh derita yang tak terperi.
Sehingga penderitaan mayoritas rakyat Indonesia yang kita anggap selama ini sangat memrihatinkan, menjadi tidak ada artinya dibandingkan dengan derita yang dialami presiden kita.
Dalam konteks “teori pedagang majalah” inilah kita melihat apa yang diungkapkan Presiden Soesilo BY di Halim Perdanakusuma menjadi sangat bernilai. Mencerminkan kenegarawanan yang hebat.
Dalam konteks “teori pedagang majalah” inilah kita melihat apa yang diungkapkan Presiden Soesilo BY di Halim Perdanakusuma menjadi sangat bernilai. Mencerminkan kenegarawanan yang hebat.
Kalau diterjemahkan secara harfiah kira-kira bunyinya jadi begini: “Wahai rakyat Indonesia , lihatlah penderitaanku. Niscaya kalian akan merasa lebih baik dan lebih beruntung…!”. [Oleh Adhie M. Massardi]
0 Comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.