Perempuan Libya pendukung Moammar Khadafy mengenakan pakaian tentara dan membawa senjata saat menghadiri sebuah forum untuk perempuan Libya di Tripoli, Libya, Sabtu (25/6). |
"Anda salah, Anda terlibat dalam sebuah pertempuran yang Anda tidak tahu apa yang sedang dihadapi, maka mundur, dan larilah," kata Khadafy pada sebuah pertemuan kelompok pro-pemerintah di Tripoli, ibukota Libya. "Rakyat kami mampu dalam satu hari memindahkan pertempuran ke Laut Tengah, dan mampu memindahkan pertempuran ke Eropa."
Khadafy merujuk kepada NATO, yang mulai mengebom sasaran-sasaran militer Libya setelah Dewan Keamanan PBB menyetujui sebuah resolusi yang mengesahkan penggunakan kekuatan apapun yang diperlukan, kecuali invasi darat, demi melindungi warga sipil, pada Maret lalu. Ia bersumpah untuk membalas pemboman itu dengan mengatakan, militer Libya bisa "seperti belalang dan lebah" di Eropa. "Rumah dan kantor bisa menjadi target potensial," tegas Khadafy.
Ia juga mencela surat perintah penangkapan terhadap dirinya yang dikeluarkan Senin lalu oleh Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC). ICC yang berbasis di Den Haag, Belanda, telah mengeluarkan surat penangkapan bagi Khadafy, putranya Saif al-Islam, dan Kepala Dinas Intelijen, Abdullah as-Senussi, atas tuduhan kehatan terhadap kemanusiaan.
Ketika menanggapi ancaman Khadafy itu, di Washington, jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan, AS menganggap serius pernyataan pemimpin Libya tersebut. "Tentu ia merupakan individu yang jelas-jelas mampu melakukan jenis ancaman semacam itu," kata Toner kepada wartawan. "Itu yang membuat dia begitu berbahaya. Tapi dia juga seseorang yang memberikan retorika yang berlebihan." Toner mengatakan, AS akan terus mendukung misi NATO untuk meningkatkan tekanan agar Khadafy tersingkir.
Sementara itu, seorang juru bicara militer pihak oposisi Libya di Misrata, Kamis malam, mengatakan, pemerintah Perancis tengah dalam pembicaraan dengan oposisi Libya terkait upaya untuk menyokong mereka dengan senjata dan amunisi. Pemerintah Perancis belum membenarkan klaim tersebut. Namun awal pekan ini, militer Perancis mengakui telah memberikan persenjataan ringan bagi para pemberontak Libya.
[kompas.com]
0 Comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.